Selasa, 16 Juni 2009

POTENSI HOTEL DALAM MEMBERIKAN TEKANAN TERHADAP LINGKUNGAN

Oleh : Ni Made Tirtawati

Pendahuluan

Menurut World Tourism Organization (WTO), pariwisata merupakan salah satu industri terbesar di dunia. World Travel and Council pada tahun 1998 menyebutkan bahwa sektor pariwisata memiliki pertumbuhan yang cukup besar yaitu 4 persen per tahun dan menyumbang sekitar 11,6 persen pada GDP dunia (Lindberg dalam Hidayati et al, 2003). Hal ini dikarenakan, pariwisata adalah suatu bisnis dalam penyediaan barang dan jasa bagi wisatawan yang terdiri atas ratusan komponen usaha, baik usaha besar atau kecil, termasuk didalamnya angkutan udara, kapal-kapal pesiar, kereta api, agen-agen penyewaan mobil, pengusaha tur dan biro perjalanan, akomodasi, restoran, dan pusat-pusat konvensi.

Akomodasi tidak dapat dipisahkan dari industri pariwisata, kegiatan kepariwisataan akan pincang, bahkan boleh dikatakan lumpuh apabila di daerah tujuan wisata tidak terdapat akomodasi. Menurut Sihite (2000), akomodasi merupakan salah satu sarana pokok kepariwisataan (main tourism suprastructure). Ini mengandung arti bahwa hidup dan kehidupan usaha kepariwisataan tergantung pada banyak sedikitnya wisatawan yang datang, yang dengan demikian berdampak langsung pada kehidupan jasa akomodasi.

Adanya pertumbuhan sektor pariwisata yang diindikasikan dengan peningkatan jumlah orang yang berwisata, bahwa pariwisata international diperkirakan akan mencapai 935 juta orang pada tahun 2010.(WTO dalam Pitana, 2005). Tentu saja akan terjadi peningkatan jumlah pembangunan sarana kepariwisataan di daerah-daerah tujuan wisata termasuk pembangunan akomodasi (hotel) untuk menampung kedatangan wisatawan.

Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya pembangunan sarana akomodasi (hotel) dan hospitality service lainnya dapat memberikan sisi yang baik pada daerah dan masyarakat di daerah tujuan wisata. Dampak positif dengan munculnya hotel adalah dapat memperluas lapangan pekerjaan di bidang perhotelan, meningkatkan kesejahteraan, serta multiflier efek lainnya terhadap masyarakat.

Industri perhotelan merupakan usaha yang dikelola secara komersial dengan menggunakan seluruh bangunan serta fasilitas yang dimiliki untuk memberikan pelayanan kepada wisatawan. Dengan adanya pembangunan hotel beserta fasilitas untuk memenuhi kebutuhan tamu, tentu saja akan ada pengunaan sumber daya alam dan lingkungan dimana hotel tersebut dibangun. Setiap terjadi perubahan terhadap permukaan tanah akan membawa dampak berupa tekanan pada lingkungan disekelilingnya. Pengembangan sebuah kawasan wisata awal mulanya mengalami proses yang sama, mulai memberikan tekanan terhadap lingkungan dari intensitas kecil hingga besar. Perubahan fungsi lahan di wilayah pembangunan hotel dan sekitarnya dalam perkembangannya secara signifikan akan membawa dampak pada berbagai tekanan pada sumber daya dan lingkungan disekitarnya.

Biasanya hotel-hotel berbintang akan melengkapi hotelnya dengan fasilitas-fasilitas seperti kolam renang, restauran, fitness room, jogging track, fasilitas olahraga, guest laundry dan lain-lain, untuk memberikan kemudahan dan kenyaman bagi wisatawan. Pada saat beroperasinya, industri perhotelan sangat membutuhkan beragam sumber daya untuk menjamin keberlangsungan usahanya. Selain itu juga, akomodasi (hotel) akan memberikan tekanan terhadap lingkungan berupa limbah dari hasil usahanya. Konsekuensinya akomodasi (hotel) memiliki potensi untuk memberikan tekanan terhadap lingkungan sekitarnya sebagai dampak dari usaha yang dijalankan.

Berpijak dari uraian di atas, adapun permasalahannya dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :

1. Apakah potensi yang dimiliki oleh hotel dalam memberikan tekanan terhadap lingkungan ?

2. Usaha –usaha apa yang dapat dilakukan oleh manajemen hotel untuk meminimumkan tekanan terhadap lingkungan ?

Pembahasan

Hotel memiliki potensi yang besar dalam memberikan tekanan terhadap lingkungan. Adapun aspek dampak lingkungan hidup dari pembangunan hotel diuraikan sebagai berikut :

a. Energi

Hotel membutuhkan energi listrik yang cukup besar untuk menjamin kelangsungan operasionalnya. Hotel kadang memerlukan energi listrik yang cukup banyak melebihi konsumsi listrik penduduk lokal. Idealnya industri perhotelan memanfaatkan energi listrik secara efisien. Adapun usaha-usaha nyata yang dapat ditempuh oleh manajemen hotel adalah sebagai berikut :

1. Minimumkan konsumsi energi, seperti mengadopsi disain gedung yang hemat energi dengan memperhatikan kaidah arsitektur tradisional, sistem pencahayaan yang sifatnya mengurangi pemakaian lampu, pemakaian peralatan dapur dengan konsumsi energi listrik yang hemat serta pemakaian bola lampu hemat energi.

2. Memaksimumkan efisiensi dari sumber energi dengan menggunakan peralatan yang sesuai agar energi tidak ada yang hilang.

3. Menggunakan energi yang dapat diperbaharui seperti memanfaatkan tenaga surya atau solar cell untuk memanaskan air dan penerangan lampu taman.

4. Melakukan pencatatan, pengecekan data pemanfaatan energi secara teratur serta dilakukan evaluasi secara rutin oleh departemen engineering.

b. Sumber Daya Air

Penggunaan air untuk akomodasi dan kebutuhan pemukiman cukup signifikan jumlahnya, sedangkan air bersih merupakan sumber daya yang terbatas. Dengan jumlah wisatawan yang menginap meningkat tentu saja konsumsi air bersih yang dibutuhkan oleh hotel akan meningkat pula. Sehingga industri pariwisata diharapkan dapat memanfaatkan sumber daya air dengan bijaksana dan efisien dengan melakukan usaha-usaha nyata seperti :

1. Melakukan usaha untuk meminimumkan penggunaan air, mulai dari wisatawan, karyawan hingga penggunaan peralatan di hotel.

2. Melakukan usaha daur ulang (re-use) terhadap air hujan untuk kepentingan pertamanan.

3. Usaha mengubah perilaku tamu dalam pemakaian air dengan penyampaian pesan/ kampanye hemat pemakaian air.

4. Melakukan pengecekan jumlah konsumsi air sesuai dengan standar/klasifikasi hotel secara teratur, yang mana pemakaian air maksimal 650 liter/orang perhari (Tim THK, 2008)

c. Limbah Padat/sampah

Sampah merupakan suatu barang yang tidak dapat digunakan lagi, tidak dapat dipakai, tidak disenangi dan harus dibuang. Sampah yang dihasilkan oleh hotel tentu saja harus dikelola dengan sebaik-baiknya. Pengelolaan sampah dilakukan sedemikian rupa sehingga hal-hal yang tidak baik untuk kehidupan serta dampak negatif terhadap lingkungan tidak terjadi dengan melakukan pengomposan dengan baik. Untuk menjaga agar lingkungan tidak tercemar, perlu adanya usaha-usaha yang dilakukan oleh hotel untuk pengelolaan limbah padat/sampah seperti :

1. Melakukan pemisahan sampah sebelum dibuang sesuai dengan jenisnya (sampah organik dan anorganik) untuk memudahkan dalam pengolahannya.

2. Melakukan pengolahan sampah dapur berupa sampah basah, yaitu sampah sisa makanan dari dapur dan serasah daun dari kebun untuk dijadikan kompos.

3. Melakukan upaya 3R : reuse, recycle, dan reduse terhadap sampah anorganik berupa kaleng/kemasan, kertas, botol, plastik.

4. Mempergunakan produk yang ramah lingkungan (ecolab product), dan mudah didaur ulang.

Selain sampah, hotel juga harus mampu menangani B3 (bahan berbahaya beracun). Bahan berbahaya beracun (B3) harus disimpan dengan baik dan tertata serta memiliki sistem pengelolaan yang baik agar tidak menimbulkan dampak terhadap lingkungan. Untuk mengurangi tekanan terhadap lingkungan (tanah, air dan udara), hotel harus memanfaatkan 100% cleaning chemical yang biodegradable/ramah lingkungan. Ketika hotel tidak menggunakan cleaning chemical yang tidak ramah lingkungan dapat memperbesar tekanan yang diberikan kepada lingkungan sekitar. Karena sifat cleaning chemical yang non biodegradable sangat sulit dan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk diuraikan oleh mikroorganisme tanah, sehingga dapat menyebabkan penurunan kualitas tanah (land degradation).

  1. Limbah cair

Selain limbah padat/sampah, hotel juga menghasilkan limbah cair. Pengelolaan limbah cair ini sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Jika tidak limbah cair hotel dapat memberikan tekanan terhadap lingkungan sekitarnya, apalagi jika langsung dibuang ke tanah tanpa ada proses pengolahan limbah cair. Hal ini tentu akan berdampak buruk terhadap ekologi tanah dan dapat mengakibatkan polusi air. Dan sering sekali bahwa hotel yang beroperasi dipinggir pantai secara langsung membuang limbahnya ke laut. Oleh karena itu hotel harus memiliki sistem IPAL/STP dan harus berfungsi dengan baik (memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan). Penggunaan kembali air hasil (daur ulang) limbah cair merupakan bentuk aktivitas dalam penghematan air mengingat industri perhotelan membutuhkan air dalam kuantitas yang banyak.

Permasalahan lingkungan di industri perhotelan dapat diatasi oleh manajemen dengan membangun hotel dengan konsep sustainable tourism development dengan menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan yang tertuang dalam visi/misi, plan/rencana, serta pelaksanaan di lapangan agar diterapkan secara holostik dan konsisten. Terkait dengan hal tersebut diperlukan manajemen strategis mulai dari perencanaan, implementasi, koordinasi dan evaluasi dari Sistem Manajemen Lingkungan hotel untuk memperoleh hasil yang maksimal.

Untuk mendukung konsep sustainable tourism, manajemen hotel perlu menciptakan program-program tertulis tentang penyelamatan dan pelestarian lingkungan. Industri perhotelan diharapkan terus berusaha mencegah kerusakan serta melakukan perbaikan mutu lingkungan melalui program-program yang dilaksanakannya, baik dalam lingkup lokal, nasional maupun international. Program-program ini perlu dilakukan secara periodik, proporsional dan konsekuen baik untuk di lingkungan internal maupun eksternal hotel. Kegiatan ini dapat dilakukan antara lain dengan mengikuti THK Tourism Award and Accreditation, sertifikasi Green Globe 21, dan lai-lain. (Dalem, 2007). Dan yang paling mendasar adalah menciptakan budaya/perilaku untuk melestarikan lingkungan dalam tataran kebiasaan bagi seluruh hotelier dan tamu hotel.

Simpulan

Dari pemaparan di atas atas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Hotel memiliki potensi dalam memberikan tekanan pada lingkungan dalam bentuk yang beragam baik terhadap lingkungan tanah, air dan udara, sehingga manajemen harus melakukan tindakan yang dianggap perlu di dalam meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.

2. Permasalahan lingkungan di industri perhotelan dapat diatasi oleh manajemen dengan membangun hotel dengan konsep sustainable tourism development dengan menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan mulai dari tahap perencanaan, implementasi, koordinasi dan evaluasi secara holistik dan konsisten.

3. Tindakan-tidakan yang nyata untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan harus dilaksanakan secara bersama-sama oleh pihak manajemn, seluruh hotelier di setiap departement sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya, serta tamu yang menginap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar